Direkt zum Hauptbereich

Posts

Es werden Posts vom 2022 angezeigt.

Desember

  Malam terdengar lebih sunyi Angin mengantarnya kembali menjauh Tak peduli hujan telah jatuh Rembulan tak kunjung redup Desember datang membawa dingin Lebih dari sekedar suasana Kehangatan menjadi suatu yang dirindukan Namun ia tak lebih disukai halnya hujan desember Baru saja aku terbangun Menyadari seorang dewasa yang tak begitu menyenangkan Kala terbawa mimpi menggapai kebebasan Terhempas begitu saja dalam rutinitas Jika hanya tentang merenung Tulisan dan kata telah mampu kususun Merangkaikannya menjadi bait berirama Mengartikan kosakata menguraikan makna

Pertama dan Terakhir

  Kala itu desember Waktu beranjak di penghujung tahun Menyisakan detik yang kan berputar kembali Kemarin telah pergi dan tak pernah ada lagi Aku kembali menyendiri Melalui tulisan sambil berkontemplasi Menikmati secangkir kopi Saat hujan membasahi langit sore Kau sering sebut semua-semua itu refleksi Merenung jauh ke belakang Menarik nafas perlahan ke dalam Serta jauh membuangnya terhempas Tak ada yang menarik bagiku selama ini Sampai tetibanya kau datang kujumpai Menghidupku melalui sebuah pengharapan Menyisakan sedikitnya aku dan pengandaian Nyatanya semua kembali menjadi cerita yang sama Cerita lama yang pernah ku temui di penghujung tahun lainnya Kau mudah datang lalu mudah kau pergi Menggenapkan kisah pertama dan terakhir

Kembali Pada Desember

  Kembali ke desember Menepi singgah sejenak Menapaki jejak jejak Yang tak ingin berankak melangkah Kembali ke desember Menanti irama air hujan Bernyanyi membunyikan not Di atap atap rumah Kembali ke desember Melepas realitas yang kan pergi Membalikan ribuan detik yang telah lalu Menandai maknanya Dan kini aku berdiri dalam desember Tuk kesekian kalinya ku hirup udaranya Aku selalu menyapanya hangat Meskipun ia tetap dingin

Senja Tak Pernah Berhenti

  Senja tak pernah berhenti Dan ia tak pernah mati Menguning menutupi birunya langit Senja bisa saja tak bercahaya Tak ada warna Saat itu kau membawaku ke satu senja Lantas kau perlahan hilang dipersimpangan Memberikan pertanyaan dan penantian Berlari aku diantara keramaian Hingga tampak cahaya senja meredup Senja perlahan memudar Beranjak pergi dariku di masa kini Tak ada kata diantara senja kala itu Hanya angin mendesir yang menyapa Seolah ingin memecah kesunyian Mungkin detik itu senja berhenti padaku

Hujan November

Hi, manusia Makhluk penuh logika dan sempurna Mengapa kau tak suka aku datang Saat kau resah dengan terik mentari Menyengat kulit dan menyeka basah keringat di dahimu Aku datang bukan hanya untukmu Aku datang untuk semesta Membawa sejuk, membawa tanda Aku tahu, aku hanyalah hujan bulan November Kau tahu? Mungkin bila kutahu takdirku Aku tak ingin menjadi hujan Yang selalu kau keluhkan kedatangannya Kau lebih suka dengan hujan di bulan Desember Sebab kau sering putarkan lagu efek rumah kaca itu Aku tak berkuasa atas takdirku Saat Tuhan memutarkan rodaNya Aku bermetamorfosa berulang kali Sampai jatuh bulirku Membasahi ribuan hektare tanah di bumi Namun, aku tak bisa berada Saat semua bersuka ria menyambutku dengan hangat Seperti saat kau masih kanak-kanak

Perjalanan Rasa (2)

Perjalanan untukku adalah sebuah pencarian Menari diantara harapan pada satu tujuan  Menanti apa dan semua yang bisa menjadi sesuatu Yang mungkin selalu kau rindukan Dalam perasaan yang tak pernah pasti Katakan mungkin aku merindu pada sebuah ruang Didapatinya jejak-jejak kecemburuan dalam dimensi yang berbeda Dari masa-masa yang tak pernah tampak Seolah waktu berputar tanpa logikanya Dan semua menjadi tak berarti tanpa bekas Jika kau selalu bertanya mencari makna Lantas sampai kapan "bagaimana" menjadi "karena" Aku dengan prinsip dan caranya Selalu tak tahu jika sebuah apabila adalah Penghubung pada banyaknya pikir yang tak kunjung selesai Kini aku menyadari bahwa aku hanyalah Seorang dengan penuh ketidaktahuan Berselimut penasaran yang menutupi Semua rasa yang bukanlah apa-apa Bersama kata-kata yang menjadi alasan Aku harus berjalan

Perjalanan Kereta

  Dari balik kaca kereta Lanskap terbentang Sekilas panorama Tergambarkan sebab cahaya Dari lampu kereta Delapan rangkai kereta Membawa manusia mengejar nasibnya Asa dengan kecemasan Bimbang beserta kegembiraan Menyambut waktu-waktu di lain masa Persamaan dari semua hanyalah satu Seolah semua tampak sibuk dengan sendirinya Atau hanya sebatas menampakkan bahwa mereka itu sibuk Penegasan dengan tatapannya tanpa henti dari layar gawai Tanpa memperdulikan tatapan pada sudut lain

Aku dan Kisahku

  Apa aku akan menangis seperti halnya orang lain Tak diurainya rasa yang menghilang ditelan waktu Seakan-akan aku adalah manusia paling kesepian Berharap kesempatan mendatangiku tuk kesekian kali Aku adalah aku Menumbuhkan menjadi tetap aku Sampai aku tidak ada lagi dalam aku Sebab waktu telah membawaku Bagaimana cerita dari kisah seorang aku Akankah kehilangan itu tak menjadi beban Hidup dalam rasa penyesalan Dalam aku yang tak pernah mengerti aku Kebingungan mengembalikan aku pada pertanyaan Mencari makna hidup itu sendiri Atau sampai akhir cerita nanti Tanya adalah teman nyata hidup seorang aku

Tanpa Penyesalan

Jika kau menanyai Apa yang menjadi cita-citaku Aku pikir itu jawaban yang sederhana saja Mudah bagiku tuk sekedar menemui jawabnya Aku bermimpi menjadi seseorang Yang aku pikir semuanya pun sama Dengan kata yang dikonotasikan Seorang manusia Sudahkah kau menemui jawaban atas tujuan hidup Setiap harinya kita menggeluti pikir Atas kuasa pada diri kita sendiri Dan memaafkannya lagi dan lagi Bolehkah aku katakan tentang cita-cita sederhana ini Dari aku yang ingin mati Tanpa ada satupun penyesalan Dan tanpa melewatkan setiap waktu ini untuk menyesal Tentang aku di masa lalu

Berhenti Pada Manusia

  Pernahkah kau berada diantara keramaian Tapi kau tak mendapati dirimu di sana Nyatanya kau justru terlempar jauh dari semestinya Menemukan bahwa kau bukan manusia Diantara manusia Kau sebutkan hidup adalah perjalanan? Lalu, apa yang kau maknai dengan perjalanan itu? Setiap harinya kau mesti bergerak memutar roda Menyeka keringat diantara keningmu Sekedar hanya untuk memenuhi hasrat Sebagai manusia Nyatanya kita tak bergerak dalam perjalanan Kita bergerak dalam pikiran Menyelami luasnya ruangan itu  Berusaha mencari jawaban Tentang mengapa yang selalu menjadi tanya Tanya pada manusia Sudahi saja aku berhenti di sini Kau tak perlu bertanya lagi Tapi kurasa kurasa kau tak akan peduli Mengapa sebagian orang tak kembali bermimpi Tak dipedulikannya kesempatan atau waktu Dan tak berharap lagi pada manusia

Apa Kabarnya Cinta

  Apa kabarnya cinta? Masihkah ia ada disana? Tersisakah untukku sedikit saja Atau tak ada lagi rupanya Apa kabarnya cinta? Harapan menumpuk padanya Menanti tuan putri dalam jalur pencariannya Sementara sang pangeran berkuda terus menapaki langkahnya Apa kabarnya cinta? Bisakah waktu berputar sampai tiba masa itu? Membuang semua kedilemaan Serta kekhawatiran tentang dimanakah cinta Apa kabarnya cinta? Atau sudahkah tak ada lagi rasa dan tanya? Tak ada lagi kecemasanmu Tentang bagaimana cinta Seorang putus asa berkata: Cinta hanyalah sia-sia Dan hanya omong kosong saja Jangan kau percaya Atau kau akan selalu berharap Dan berdiri menanti ketidakpastian Seorang lainnya mendebatnya Manusia dilahirkan dengan cinta Begitupun kau dan aku Kaulah buah dari birahi dan cinta Atau serta alasannya Kau tumbuh bersama cinta Sebab caramu meminta cinta Itulah cinta Cinta katanya sebuah karya seni Estetika dari keagungan sang Maha Kuasa Etika dari norma-norma manusia yang tervalidasi Dengan nilai pe...

Fana (2)

Sadarkah kau kan mati? Atau tampaknya semua hanyalah kecemasan pada pikiranku ini semata? Aku tahu ku kan mati Sekian lamanya aku berpijak di bumi Menjadi dewasa dan berharap tua Hidupku tampak kan baik-baik saja Tak bosankah kau selama ini? Atau lagi-lagi ini hanya sebuah rasa Hasil dan cara berkontemplasi Pada diriku yang rumit dan tak sederhana Apa kau tahu fana? Atau kau hanya berpura-pura tak mengenalnya Ya, fana memang sebuah dilema Ia memaksamu berada dalam keterpilihan Yakinkah kau hanya sebilah daging yang fana Kan terlepas jiwamu dan membusuk ragamu Tenggelam bersama waktu Lalu nisanmu tak terguratkan dan tak berbekas

Sepenggal Kisah Manusia

  Cerita tentang seorang manusia Yang berjalan menelusuri cahaya mentari Mencari ia suatu makna yang diterimanya Sampai pada malam tak menyisakannya Sekelompok dari kita berlomba di atas dunia Berharap, bersimpuh, berdoa dan meminta Dan sampai tiba ia menguatkan hatinya di suatu masa Tuk menerima takdir dan apa yang kita sebut kenyataan Benarkah kita berupaya mencari mimpi  Atau hanya membenarkan sebuah dogma Pada pikiran yang hampa tanpa dosa Lalu hidup hanya dalam spekulasi kata Sadarkah kita yang haus pujian Dan bersembunyi dibalik alasan Bangga bahwa itu kita sebut tujuan Dengan lantang disuarakan Kesedihan adalah sebuah jalan Dalam bijak kita melihatnya seperti satu kesempatan tuk merenung Dalam keterpurukan itu tampak hanya kebuntuan Seolah tak ada lagi mimpi atau harapan Semua dari kita hanya pandai merangkai kata-kata Dan terkadang hidup dalam konteks berpura-pura Membohongi rasa tuk sebuah sanjungan Atau itukah memang jalan yang kita cari-cari Sanggupkah kita berdiri ...

Tanyaku

  Tanyaku pada waktu Adalah sekumpulan parafrasa Dalam sebait paragraf Tentang sesuatu keresahan Tanyaku pada rasa Mengaitnya untaian dialektika Logika menjadi tumpul Sebab rasa adalah tentang meragu Tanyaku pada sore Ia yang tak mau melepas rindu Menguburkan sunyi dalam jingga Mengobarkan asmara diantara anak manusia Tanyaku tak berhenti sampai hari ini Ia datang sejak kemarin dan takkan pergi sampai esok hari Tanyaku merangkai menjadi cerita Cerita tentang manusia dan tanya

Teka-teki

  Kini, kau membingkaikan Sebuah jalan dalam ruang dimensi Dari alur yang tersematkan bersama sesuatu yang kau lukiskan Pikiran dogmatis yang kau yakini Tertaut pada parafrasa Manusia hanya berencana Tuhan menentukkan Lantas bagaimana dengan literal dan satu semantisme Yang kau artikan melalui majas serta silogisme Seringkali kita menuntut Tugan Berharap pada kuasaNya Apa-apa yang berdasar idealisme Sempatkah kau menghitungnya, Sudah berapa? Mungkin kau berlaku biasa saja Bahkan berpura-pura lupa Menganggap sedang semua sewajarnya Kau sebagai hamba dan tugasmu meminta saja Kembali menepi lewat tanya Dengan judul teka-teki Apa yang kali ini kau minta Sampai masa-masa datang membawa Jawabanmu

Cukup Saja, Hari Ini

Hari ini, cukup saja seperti ini Hempaskan tubuhmu Biarkan ia tenggelam dalam malam Pergi menuju mimpi Kau lelah, aku tahu Nampaknya sunyinya malam Memberikan sedikit ruang untuk dirimu Menarik napas panjang dan menghela perlahan Hari ini, cukup saja Sampai pada waktu ini Terlelap dengan menuntaskan bacaan itu Menutup dengan tulisan sederhana Yang kusebut hari ini 

Konfiks

Kini kau telah tahu Seiring waktu yang dengan keterbukaan Pilu pada hari Yang selalu kau tunggu-tunggu Aku bersama sebuah ketidakaturan Berpijak pada kehampaan Dipeluknya aku pada ketumpuan Membiru tanpa aroma Membekas tanpa jejak Berdiri bersama kebimbangan Membawaku merasa de-ja-vu Kembali pada sebuah persimpangan Diawalinya arah pada jalan Dan berakhir dalam kebuntuan Bumi berotasi Entah telah berapa ratusan hari Ku pijakan kaki ini di atasnya Namun, ku tetap bersandar pada kebodohan Menemukan ketidaktahuan Setiap aku membuka lembar halaman Tanpa kesimpulan Lagi, dengan senyummu Yang kupikir kau tanpa perasaan Memikirkan sisimu saja Tanpa kau tahu sisi bagianku Yang mengikat kita pada keterpaksaan  Kosakatamu terguratkan dalam tulisan dengan pena biru di halaman awal buku Menyatukan ribuan parafrasa Merangkaikan tanda tanya itu Menjadi apa-apa Dalam konfiks

Ruang Percakapan

Seringkali aku terlibat Diantara percakapan-percakapan Yang membawaku pada ruang Dan dimensi dengan sebabnya Yang kau sebutkan kontemplasi Percakapan yang menuntutku  Mengerumuni tanya Dengan kata yang kumulai Tentang mengartikan sebuah mengapa Mengapa mempersempit ruang tanyaku Dari pikir sederhana yang kurenungkan Menganggap seolah semua mudah Tetapi tanpa disangka Sulit kiranya Sebuah kalimat dengan ragam tanda Bersamanya menjadi penghubung di ujungnya Membuatku menyampaikan sebuah mengapa Entah untuk berapa kalinya Dalam dimensi ini Yang telah kutegaskan Tanyaku sering melibatkan Tuhan Dengan prinsip eksistensi dan idealis Bernama iman Kita percaya ia Percaya dalam kontradiksi Darimu sebagai satu keraguan Kalimatku tak pernah berubah Selalu tentang tanya Tanpa pernah ku menemukan celah Untuk jawaban yang diinginkan

Kau dan Ketakutan

  Kau dan ketakutan Adalah sebuah lingkar dalam pertemanan Ia bagian dari pikirmu Dan telah kau sematkan Menjadi kawan hidup Bersama takdir Kau dan ketakutan Memperjuangkan harapan dan resah yang imajinasikan Bergelut dengan perasaan Mereka-mereka yang selalu  kau khawatirkan Kau tahu? Dalam kesendirianmu Nyatanya kau tak pernah sendiri Kecemasan dan kegelisahan Bahkan kerisauan Hadir menyelimutimu Untuk hidup Selalu bersama Ketakutan

Sebatas Pagi

  Aku hanya hidup sampai pukul sembilan pagi Tertanggalkan fajar sebatas romansa Menyapa ia lantas pergi seketika Hendak pamit tanpa meninggalkan senyum Siangku hanya sebatas mimpi Tanpa ada iring-iringan keramaian Duniaku hanyalah sepi Kala bayang berada tepat dengan titik Tanpa ada kata penghubung Warna senja ia berada Dilukiskannya raut matamu Merona dibalik tirai hitam Yang perlahan tertutupi hitam legam Urai rambut panjangmu Saat bersama malam Kau bangunkan aku dalam bayangmu Puluhan kosakata menghinggapi pikirmu Yang kulihat bagai tali panjang menumpuk Tak berujung dan tak terputus Rumit

Dunia Tak Pernah Berubah

  Apa kau tahu? Apa perbedaan dunia dan bumi? Tempat yang kau pijak sekarang ini Dan kau tumbuh besar dan berkembang Sampai tiba nanti ajalmu Menyatu lagi tubuhmu yang kaku Bersama tanah sebagai selimutnya Kau sebut apa ini? Duniakah atau hanya bumi? Pikirku mendebat kedua kata ini Awal mula kurasa dunia dan bumi Hanyalah sinonim yang bermaknakan sama Serta parafrasa yang kau tuliskan Pada ceritamu dalam diari berwarna ungu itu Satu waktu pernah kau katakan Jika aku berubah Dan kusebutkan kau jua berubah Kita berada dalam keterasingan Sebab asusmsi menyudutkan perasaan Menyampingkan logika Terhitung jutaan masa lamanya Bumi terbentuk dari ledakan Yang orang sebut begitu pada teorinya Hingga adam lahir dan diturunkan ia Sampai pada masa transformasi lima titik nol Dengan segala ragamnya Bumi mungkin berubah Tapi tidak dengan dunia ini Ia tetaplah sama Berdiri tegak nan kokoh Dengan tujuan dan takdirnya Sampai takkan ada lagi yang kita sebut dunia ini Mungkin begitu pertandanya

Tanya Pada Dunia

  Belakangan ini pikirku bertanya Sebuah arti satu kata Dari apa yang kita sebut dunia Dan tentang maksud semuanya Tulisanku mungkin hanyalah sajak biasa Yang terdiri dari ragam frasa Menunjukkan tentang kebingunganku Dari apa yang ada dalam benak ini Ragam logika Mestinya mampu mencerna Semua-semua dari tanya Nyatanya, logika ini seperti hampa Tentang bodohnya aku Apa itu dunia dan isinya? Apa itu hidup ini? Bagaimana hidup itu nanti? Bagaimana perjalananku? Gambaranku yang sederhana Yang menyelipkan kata bahagia Pada bagian rangkanya Rasanya sulit kutemukan Selalu kumaknai hidup ini Tentang sebuah perjalanan panjang Dengan ujungnya kematian Serta surga atau neraka di akhirnya Sebagian pikirku menyatakan Aku tahu tentang kebenaran Tapi pikiran lain membenarkan Aku terlarut dalam kebodohan Manusia punya mimpi yang sama Hidup dalam kebahagiaan Tanpa kesusahan Tanpa keresahan Apakah benar hidup itu perlu diperjuangkan? Lantas, bila perlu kenapa? Mengapa kita perlu sampai mengais? Sam...

Tuaku

  Seperti apa tuaku nanti Mencoba menggambarkan masa Dalam ruangan imaji dan fantasi Serta terselimuti rasa ingin tahu Mungkin aku orang tua Yang membaca dengan kacamata Berjarak antara mata dan objeknya Perlu waktu tuk mencerna Perlahan aku menua dengan tubuh ini Berjalan sebentar saja mengeluhku Hanya ingin berdiam menatap angkasa Dengan kopi disampingnya Bagaimana tuaku Mendapati sebuah cerita Dengan akhir bahagia Atau merenungi masa-masa Yang telah lalu

Soreku Bercerita

  Bertemu sore Secangkir kopi tersaji Terasa hangat Mengepul asapnya dari cangkir Lembaran buku tak jauh di sampingnya Tiap helaiannya kubuka perlahan Aroma yang kurindukan Wangi akan imajinasi dalam pengetahuan Jendala kamar kubiarkan saja Mempersilahkan ia pada angin  Menyapa angin ini dan lalu pergi Saling bersahutan Gawai ramai dengan iringian Melodi yang melukiskan senja Lirik tentang suasana Yang kau sebut fana Aku kembali pada pena Menceritakan rindu Dalam bait puisi ini Bersama kata Tuk berdialektika

Tak Ada Cinta

  Tak ada cinta bagiku Yang ada hanya sebuah rasa Yang kusebut kasih Tentang menyayangi dan membagi perasaan Tak ada cinta bagiku Semua hanya tentang kata Yang terucap Dan berbeda Dalam perlakuan Aku tak suka menyebutnya cinta Ia hanya sebatas omong kosong Menjanji hal manis untuk hanya Meredakan dan meluapkan rasa Bagiku kata itu bukanlah cinta Cinta hanya eufisme atau asosiasi Sebagai tanda Mengikatkan pikirmu Dari apa yang kau sebut komitmen Bagiku rasa itu bukanlah cinta Yang kadang diagungkan halnya dewa Atau pikiranku telah buntu Karna cinta bagiku telah mati Tak berbekas

Kadang-kadang

  Kadang kita lupa Mungkin waktu yang kita nanti Takan kunjung kita temui Dan justru waktu lain kan datang Membawa kita pada garis hidup Yang bernama kematian Kadang kita lupa Mungkin teman kita adalah hembusan napas terakhir Takan ada lagi darah yang mengalir memompanya sampai ke jantung Yang kan berhenti berdetak Dunia terlalu menggelapkan rasa Hanya karena ia fana Menggantungkan kita pada hidup dalam kesementaraan Yang tak kekal Kadang kita lupa, atau hanya berpura-pura tuk memilih menjadi lupa Apa sebenarnya yang kita cari? Sampai-sampai kita tak tahu Apa yang menjadi jalan kita. (Sebuah renungan dalam kepergian seorang teman)

Memahami Perjalanan

  tertautkan suatu filosofi tentang hidup utuh yang diguratkan tentang sebuah perjalanan waktu beranjak serta makna tak pernah berubah dibalik manusia yang bertumbuh kata tetaplah rasa hidup adalah dimensi tentang menjadi dan memahami meskipun beberapa bagiannya tak akan pernah kau mengerti kebingungan mengantarkan agar kembali pada zat yang kita pertuankan sebagai Tuhan tuk bertanya apa yang kita cari dan tentang perjalanan hanya akan berhenti hingga waktumu telah sampai menemukan kepahaman

Antara Kau dan Hujan

Kau dan hujan Dalam personifikasi Berada dalam kekakuan Membeku tanpa nadi Kau dan hujan Dalam litotes Tentang senja pada katamu Adalah bukan makna yang sebenarnya Kau dan hujan Dalam pleonasme Sibuk mencari tanya Padahal satu saja kau tak bisa Kau dan hujan Dalam asosiasi Terbentangkan jarak Yang tak terbendung

Bagian Kecil

  Aku hanyalah sepotong bagian kecil Dari bagian partikel yang tumbuh pada semesta agung nan luas ini Nampak wujudnya dari dekat Tak tampak bila hanya memandang jauh tak terbatas Tujuh milyar manusia berkembang biak Pergi di pagi hari dan pulang larut mencari makna dan penganan untuk hidupnya Lalu aku hanya satu dari sepersekian persen makhluk itu ikut pergi berputar mengelilingi rangkanya Matahari kerap menemani derai langkah Sembari hujan menyapa rindu Tuk sekadar mengantar pelangi di ujung lagu Atau langit jingga di kala sore Menemani yang banyak kita tenarkan sebagai senja Yang dikenal bersama temannya bernama cangkir kopi Bagaimana tampak kau hidup Tatkala kau tak mengguratkan jasad tubuhmu Dalam catatan-catatan zaman Menjadi bagian sejarah kehidupan Atau bagian terkecil lingkaranmu

Tentang Waktu

  Waktu adalah tentang kita Bagaimana kita mengenal sebagai siapa Pada jiwa yang menjadi diri dalam raga Dari seberapa jauh yang selalu ada Waktu adalah tentang kita Bertumbuh menjadi seseorang Melewati makna-makna dalam proses Terhadap kosakata yang dirangkai Waktu adalah tentang kita Berjumpa pada halaman kesendirian Berhadapan dengan kejemuan Dan membiarkan semua menjadi bagian Dari cerita yang sedang kau selesaikan

Parafrasa

  Kembali pada pertanyaan Yang terbingkaikan dari frasa Tanya pada tuan di ujung jalan menapaki jejaknya yang tak menepi Kembali pada kebingungan Menelusuri dimensi-dimensi Yang terkubur bersama ketidaktahuan Dan mungkin kehampaan Aku kini berjalan di sebuah roda Yang tiap tiap putarannya Adalah metafora Refleksi parafrasa Sederhanaku hanya pada kata Sampai waktu membiarkan Apa apa menjadi nyata Mengguratkan jawaban Yang sebenarnya

Dimensi

  Banyak yang mata tak lihat Saat semua sedang sibuk berlomba Menjadi pemenang di akhir perjalanan Seolah hidup ini kompetisi Bersaing tanpa pernah peduli Banyak yang pikir tak ketahui Melaju hanya untuk bersaing Mengumpulkan kesenangan dunia Tanpa tahu apa semestinya Sebab dari seharusnya Sebagai manusia Banyak yang kita lakukan Adalah ketidaksia-siaan Terjerumus pada sisi dunia Fana yang tak pernah abadi Terdefinisikan menjadi sementara Namun tergambarkan Bagaikan bentuk kekal Yang tak pernah berhenti

Sementara

  Sementara bagi yang lain adalah waktu yang terbelah menjadi potongan-potongan cerita yang mengarah Pada bagian sementara cerita lainnya seseorang sedang menunggui Mencari hiburan dari bait-bait lagu dan pikiran yang membelenggu Di waktu yang lain sekelompok manusia terisak tertawa, meletupkan emosi bersama dinamika yang berbeda Sementara rangkai lain Tumbuh perlahan dari akar Dan mungkin seketika tampak hancur dan terpisahkan dari dimensi

Tentang Perjalanan

  Menuju perjalanan Teringi langkah Yang dipaksakan seirama Mengetukkan keduanya untuk serupa Berbalapan kiri dan kanan kakinya Seperti yang diminta Manusia menggambarkan dilema Melukiskan tinta diatas lembar putih Tergores garis pada satu yang fana Membiarkan makna filosofis  Yang bergerak perlahan Menyempitkan kata Dan meluaskan makna Setiap dari mereka Pergi keluar dengan tujuan Menghidupi hidupnya Tuk bahagia Lantas takkan ia dapati Apa itu bahagia Sampai mereka sedikit tahu menderita Di pikiran pertama Tentang perjalanan Yang kan berujung di persimpangan Dan kau menjumpai tanya Sampai mengernyitkan Lipatan dahi raut wajahmu Kau terus pergi mencari Dari apa yang kau harapkan

Aku Merindu (2)

  Terkadang ku merindu pada masa waktu di masa lalu menjadi seorang anak kecil yang senantiasa dipangku ibu, ayah dan semua kala itu Kadang ku merindu menjadi secarik kertas polos yang diguratkan dengan warna pelangi dan tentang perasaan untuk bagaimana menghabiskan senyum hari ini dan esok Kadang aku rindu semua karna kini aku yang lupa bahwa bagian tertawa menggenapkan bagian rutinitas lain melepaskan logika dan menguraikan ekspektasi menjadi bagian-bagian kecil yang memudar perlahan tetapi kian melaju

Terlanjur Aku

  Terlanjur aku Termenung ke dalam pikir Yang menautkan kata Bersama bayang yang tak bertuan Terlanjur aku Berada dipersimpangan Hendak mencari jalan keluar Pada kebingungan yang tak berujung Terlanjur aku Terjebak diantara rasa Yang ku tak tau kemana kan menepi Dan hendak membawanya pergi Terlanjur aku Dengan cerita ini

Puisi Sederhana

Sederhana saja semua yang kau cari semua yang kucari tentang kata tentang rasa dan tentang apapun yang kau punya Adalah semua pertanyaan Yang aku temui Tentang apa itu kesederhanaan Aku bergeser Pada simpul Yang kuasumsikan Pikir sederhana dan jangan sampai semua terhenti Pada notasi tak berirama Sederhanaku hanyalah Sebuah bagian dari kerumitan Yang ada Yang datang dan masuk tiba-tiba Memberi tanda seru Tuk mencari jarum yang hilang Di tumpukan jerami Aku dan pikir sederhana Bertindak tuk pasrah sejenak Membiarkan semesta bekerja Atas apa yang ku lakukan sebagai doa Sederhanaku pada Tuhan saja

Mencari Makna

  Aku terbangun diantara pagi Ketika mentari tengah mengadah Meninggi bersama sinarnya Memberi tanda Jendela kaca terbuka Membiarkan angin pagi datang menghampiri memberikan dingin di ruang kamar Kata-kata yang kau sebutkan menggenapkan sisa malam dan pagi mendekat pada tumpukan pertanyaan tentang pencarian Nalar dangkal ini mencoba menyusun makna menjadi rangkai filosofis dan sistematis Sampai kita berada pada batas  Menitikkan sebuah garis dengan lengkungan dan panjang tentang makna yang kau cari

Ruang Semu

sebuah cerita yang dikokohkan pada paragraf bersama frasa jua klausa serta tertaut pada ribuan kosakata tentang kata yang terpenggal memisahkan untaiannya mengisahkan perjalanan seorang anak manusia yang tengah bertualang mencari makna dari makna yang selalu berbeda membulatkan sebuah rasa dan memberinya tanya tentang bagaimana akhir kisah yang tak pernah ia temui dari pertemuan pada pertemuan yang membawanya pada ruang-ruang kebingungan sebab bentuk ketidaktahuan dan pergi menuju dimensi paralel nan semu