Aku pernah terlibat dalam sebuah percakapan, yang sejak saat itu aku mendapatkan kesimpulan sederhana. Pertama, bahwa kita harus cakap untuk memilih, dan yang kedua yaitu, alasan akan selalu ada pada setiap jawaban apapun. Jadi, waktu itu pada akhir tahun sekitar beberapa tahun lalu, aku baru lagi bertemu kawan lama yang aku sendiripun lupa kapan kita terkahir bertemu. Sebuah percakapan random melalui media sosial secara perlahan mengawali keterlibatan kontak kami waktu itu. Lalu pada awal mula pertemuan, kami banyak berbincang mengenai satu dan lain hal, sehingga perjalanan kami terasa tidak membosankan meskipun banyak sekali tema acak yang disambungkan. Hingga timbul pada sebuah pertanyaan, yang mengharuskan sebuah pilihan mencuat ke permukaan. Pertanyaan yang aku pikir waktu itu adalah sebuah tes anti klimaks yang diajukan untuk menyamaratakan persepsi antara k...