Direkt zum Hauptbereich

Part I: Memulai Kembali


   Tahun 2018 lalu bisa dikatakan tahun produktif, karna aku banyak menulis kala itu setelah sekian purnama yang berlabuh. Salah satu sahabat sempat berkata pada satu pertemuan yang aku lupa entah dimana dan kapan. Namun, kata-katanya melekat sampai sekarang ini. Kurang lebihnya seperti ini, “Menulis itu membutuhkan pribadi melankolis, maka pertahankanlah kegalauanmu.” Aku sejujurnya tidak pandai merangkai kata terutama melengkapi sebuah cerita. Terakhir aku menulis panjang itu pada saat aku menulis karya ilmiah semasa kuliah, itupun masih banyak coretan karna gaya dan tata bahasa.
      Awalnya sedikit ragu, karna banyak kata-kata yang datang dengan sendirinya lalu pergi bersama angin yang berhembus menemani perjalanan yang ku lalui. Aku berusaha untuk mengumpulkan kata demi kata dan merangkainya menjadi sebuah alur cerita, namun ternyata itu sulit gusarku. Hingga aku mencoba cara lainnya, aku menulis kata tapi ia tidak terangkai menjadi sesuatu utuh. Namun, karna mungkin rasaku waktu itu sedang menggebu dan hati berubah perlahan menjadi kelabu, kata-kataku terbangun dalam beberapa bait puisi yang mempunyai banyak tema. Meskipun banyak kata yang terbata dan tidak selalu bersenada.
      Aku mencoba lebih banyak memproduksi kata saat itu, tapi tidak didukung dengan sisi reseptif dengan membaca karya-karya. Bahkan satu bukupun tidak selesai-selesai sampai sekarang. Ide yang ada waktu itu hanya timbul dari sesuatu yang dirasa dan kata dibalik tempurung kepala. Meskipun sebagian kecilnya muncul dari rasa galau yang diterima karna putus cinta, tidak ayal juga dari beberapa pengalaman dan perjalanan diri tidak dari sudut romatika semata.
      Setelah putus dengan mantan terakhir hampir aku sadari sampai sekarang, bahwa aku belum lagi aktif untuk mencari penggantinya. Sempat ada beberapa yang kucoba jadikan kandidat, namun banyangan si dia terlalu kuat, (mungkin). Banyak yang bilang padaku juga belum move-on, tapi ada saja alasan untuk mengelak dari prasangka itu. Kalimatku selalu saja berbunyi terbagi dua, bahwa aku bukan tidak bisa move-on, atau aku sudah move on secara penuh. Tapi yang paling aku suka sering katakan hingga kini adalah bahwa aku tidak takut untuk ditolak cinta, tapi aku takut untuk gagal lagi dalam menjalin hubungan.
      Lalu rasa melankolis itu mengubah menjadi penulis aktif paruh waktu, apa-apa sedikit langsung kuambil secarik kertas dan berpuisi, selalu seperti itu. Supaya lebih tampak asli, kubuatlah sebuah blog, yang awalnya hanya aku tampakkan untuk beberapa foto yang kupotret.
      Bingung adalah teman yang selalu setia sampai sekarang, bahkan untuk menulis alfabetis pada tulisan ini. Karna diksi yang terkumpul hanya itu-itu saja, tapi PD-ku tetap merajalela yang penting terus mencoba jangan takut hasilnya seperti apa. Hasilnya mungkin lebih dari puluhan puisi dengan tema galau, sang wanita pujaan, kehidupan dan lain sebagainya berhasil kutulis, tentunya dengan hasil hunting foto yang kulakukan. Setiap punya foto baru pasti kutulis puisi, atau sebaliknya aku menulis puisi baru kucari foto yang sedikit nyambung atau kuambil foto lain. Gatal rasanya jika tidak berlaku begitu.
      Di tahun ini karna aku lagi menjadi penggiat pembaca buku, semenjak terakhir kulakukan di tahun 2016 lalu. Menulis puisi menjadi hobi yang jarang terjadi, kali ini dengan excuse sibuk kerja. Selalu saja ku mencari alasan dibalik hal-hal yang belum aku selesaikan. Tapi tidak sedikit dengan kesibukan saat ini, membuat aku lupa pada hal lain. Lantas sempat juga aku menamakan diri ini work a holic, karna tiap harinya yang kupikirkan hanya masalah kerjaan, meski itu di hari minggu sekalipun.
      Beberapa saat lalu sempat terpikir lagi untuk menulis, mungkin karna terinspirasi dari beberapa buku yang kubaca. Namun itu pun aku perlu effort lebih, karna sekali lagi rasa malas merajai segala sesuatu dalam pikir ini. Tapi lambat laun kutulis judul satu persatu di notes laptop sampai ada beberapa ide yang nantinya akan kutulis. “Memulai kembali” judul yang kusematkan untuk awalan tulisan ini, entah apa yang akan ku alami berikutnya. Hanya saja ini salahsatu harapan pada garis sinopsis yang akan kuceritakan. Karna kurasa memulai kembali tidak harus berawal dari hari baru, bulan baru, tahun baru atau sesuatu lainnya yang baru.
      Melainkan mengenai sesuatu yang akan kita siapkan dengan perasaan dan situasi berbeda yang kita hadapi nanti. Sebuah pembaharuan mengenai rangkaian perjalanan yang aku coba untuk terdokumentasikan melalui tulisan-tulisan terbalut pada kata-kata sederhana ataupun banyak diksi yang berulang sebab kata yang kuingat hanya itu-itu saja.
      Aku hanya sekadar untuk mencoba men-challenge diri sendiri yang kesekian kalinya lagi, mencoba melihat dunia melalui sisi kedua dan ketiga. Mencoba untuk mendekapkan persepsi lebih dari apa yang dipahami. Semoga saja bukan isu kemarin sore lalu berakhir pada besoknya, atau pada hari ini terjebak karna banyaknya tanda tanya dan tanda seru. Bukankah berharap selalu membuat kita lebih baik? Hanya saja mempertahankan harapan itu yang membuat kita resah pada kalimat baru di hari esok. Maka selamat berjuang menemui takdirmu sendiri.

Kommentare

Beliebte Posts aus diesem Blog

Satu Hari Nanti

Andai pada satu hari nanti Saat semua yang   berada di sisi Pergi berlalu dan tak dapat berhenti Satu hari nanti Jiwa ini kan merasakan mati Satu hal yang takkan pernah bisa dihindari Satu hal yang tak bisa kau enggani Satu hari nanti Saat orang yang kau sayangi pergi Akankah kau mampu berdiri tegak Tanpa merintih satupun bulir air mata Satu hari nanti Saat suara yang kau sering dengar Tak pernah terngiang pada telinga dan pikirmu Hanya ada sepi Pada setiap detiknya yang kau jalani Satu hari nanti Saat pelukan kasih sayangi Yang kau rasa semasa kau bayi Tak pernah ada tuk menguatkan perasaan hati Satu hari nanti Saat nama yang ada hanya terukir pada sebuah prasasti Menandakan kenangan itu pernah hidup Menemani perjalanan yang kau hadap Waktu terus beputar setiap detiknya Berputar kedepan hingga satu detik Detik di ujung hari Pada satu tanda yang tak semua orangpun tahu

Life Is A Journey

     Kali ini gue mau sedikit bercerita tentang salah satu kata-kata yang gue jadiin pegangan, that is " life is a journe y". Cielah sosoan pake bahasa inggris segala, kwkwkkw. Tapi gatau kenapa ya sama kalimat itu maknanya beda banget, ya asik aja gitu buat dipakenya. Jadi gaiss gue persepsiinnya hidup itu sebuah perjalanan. Itu kata-kata yang menurut gue ajib banget dah. Kenapa? Pertama, kita harus sadar loh, kalo hidup itu satu petualangan yang perjalanannya itu panjang bener dah dan itu harus banget kita jalanin, mau gimanapun alur ceritanya. Kita juga gakan pernah tau sampai kapan perjalanan itu berujung, karna kita kerjaannya cuma duduk dan bikin senyaman mungkin buat naikin pilihan kendaraan hidup kita masing-masing.      Gue gatau kenapa prinsip itu nerap banget sama pikiran gue. Tapi kalo kita telisik lagi, coba deh rasain. Kita hidup itu kaya lagi naikin motor atau kendaraan apapun itu. Kita naik kendaraan itu buat sampe ke satu tujuan ka...

Di Balik Pergerakan Satu Langkah

Pada langkah yang berjalan mundur Ia mampu tertatih walau terjegal kerikil dan pasir Pada waktu yang berputar ke belakang Ia mampu mematahkan detaknya Walau waktu terhenti sejenak Satu dari sepersekian langkah yang berjalan Beberapa langkah terlihat berjalan mundur Tak peduli kaki pada kerikil yang bertaburan Langkah itu langkah yang cukup menghantarkannya Tak terlihatkan maju dari langkah yang telah berjalan ke belakang Manusia berlarian berkejar-kejaran Mencari hal yang ia mau Bagai berlomba menyantap mangsa  Dari sekumpulan singa yang mencari rusa  Batu terbilah dihantam penggeladah Yang mencari penganan untuk hidupnya Dibalik terjalnya penghasil rupiah Dari satu kalimat kata terucap Meyakinkan ribuan paragraf  Yang menyatakan makna yang diselipkan Bahkan bila itu perlu mengindahkannya Bentuk koma terkadang menjadi pelengkap Menghasilkan jeda pada intonasi yang ditaut...