Direkt zum Hauptbereich

Part IV: Memang


      


     
      Aku pernah terlibat dalam sebuah percakapan, yang sejak saat itu aku mendapatkan kesimpulan sederhana. Pertama, bahwa kita harus cakap untuk memilih, dan yang kedua yaitu, alasan akan selalu ada pada setiap jawaban apapun. Jadi, waktu itu pada akhir tahun sekitar beberapa tahun lalu, aku baru lagi bertemu kawan lama yang aku sendiripun lupa kapan kita terkahir bertemu. Sebuah percakapan random melalui media sosial secara perlahan mengawali keterlibatan kontak kami waktu itu.
      Lalu pada awal mula pertemuan, kami banyak berbincang mengenai satu dan lain hal, sehingga perjalanan kami terasa tidak membosankan meskipun banyak sekali tema acak yang disambungkan. Hingga timbul pada sebuah pertanyaan, yang mengharuskan sebuah pilihan mencuat ke permukaan. Pertanyaan yang aku pikir waktu itu adalah sebuah tes anti klimaks yang diajukan untuk menyamaratakan persepsi antara kami berdua.
      Dia bertanya secara hati-hati dengan kata lugasnya, “Mal, kalo milih, mending jadi orang baik atau orang pinter?”, sebelum menjawabnya aku sedikit heran, mengapa dia tiba-tiba menanyakan itu. “Lah kenapa emangnya?” sontakku sambil terheran. “Jawab aja!’ pintanya. Gestur tanganku yang tidak hentinya bergerak sambil sisi lainnya memegang stir mencoba untuk menjawab lebih cepat dibandingkan bibirku.
      “Kayanya aku mah mendingan jadi orang baik aja deh”, sambungku begitu. Namun, ia nampak tidak puas dengan jawaban yang diterimanya. “Kalo aku sih mending jadi orang pinter Mal, soalnya kita bisa jadi tau sama siapa kita harus baiknya.” Akupun nampak tidak setuju dengan jawabannya, meskipun ada satu sisi yang ingin dia sisipkan pada makna kalimat tersebut. Yakni kehati-hatian. Mungkin dia bermaksud bahwa berbuat baik itu adalah sebuah proses yang muncul karna hati merasa bahwa ada sesuatu hal yang harus dilakukan pada sekitar, namun ada satu kecerdasan yang menghalangi hingga nampak mata diharuskan jeli dan teliti sebelum berbuat baik pada orang lain.
      Dari adegan sebuah film yang pernah kutonton, untuk menemuka titik temu diujung pembicaraan kami. Aku mencoba untuk melakukan jenis percakapan yang sama. Aku berusaha untuk menjawab frase yang berlawanan dengan cukup hati-hati untuk tetap tidak mematikan sesi diskusi kami. “Perasaan kalo aku jawab apa juga, pasti bakal ada alesan dari setiap pilihannya itukan. Dan emangnya kalo baik perlu alesan?” Jawabku mempertegasnya. Ia hanya mengeluarkan kalimat terakhirnya “Bener juga sih ya”. Percakapan kamipun berakhir dengan penutup tertawa dari kami berdua.
      Pada dasarnya alasan selalu bisa dicari di setiap jawabannya, mau seberapa banyak opsinya. Misal nih, kalian mau milih opsional dari jawaban A atau B itu tadi gada yang salah sebenernya. Alasan itu bisa dibuat sedemikian rupa, mau sampe jawaban opsional Z ataupun mau jawaban itu bener atau salah sekalipun, selalu ada pembenaran dibalik alasan yang kita perbuat.
      Maka kami mengakhiri tema tersebut dengan saling menghargai pilihan satu sama lainnya dengan jawaban kami masing-masing. Nah, disitu aku melihat sebuah misal, setiap orang itu punya cara kerangka berpikir, yang kadang itu berkonfrontasi sama pemikiran kita. Kadang, cara orang menyatakan ataupun mendeskripsikan suatu hal itu bisa jadi kontempolasi yang kalo diibaratin itu sebuah pohon. Kenapa? Ia tumbuh menjulang tinggi dengan cabang yang dimilikinya itu berkelakar beda-beda. Ada yang panjang, pendek dan lain sebagainya. Pun sama dengan kita selaku manusia. Sifat keheterogenan itu bakal muncul dari diri setiap orang, meskipun mereka berasal dari dasar pemikiran awal yang sama.
      Nah, dengan keanekaragaman yang selalu melekat sama kita. Satuhal yang susah itu adalah kita hormat sama pemikiran dan keputusan yang orang lain ambil. Karna kadang sifat alamiah kita selaku manusia itu muncul, ketika banyak hal yang ga sesuai sama kemauan kita. Emang sih, semua pasti berlindung dibalik ribuan alasan yang selalu bisa dicari-cari. Tapi ya seperti yang dikatakan tadi, alasan itu bisa dibuat sedemkian rupa. Jadi ya orang pasti ngerasa mereka yang paling bener diantara yang lain.
      Semuanya memang bakal sulit ditebak, sama kaya gaya bahasa dan konten tulisan-tulisan ini. Ya, memang begitulah hidup . . .

Kommentare

Beliebte Posts aus diesem Blog

Satu Hari Nanti

Andai pada satu hari nanti Saat semua yang   berada di sisi Pergi berlalu dan tak dapat berhenti Satu hari nanti Jiwa ini kan merasakan mati Satu hal yang takkan pernah bisa dihindari Satu hal yang tak bisa kau enggani Satu hari nanti Saat orang yang kau sayangi pergi Akankah kau mampu berdiri tegak Tanpa merintih satupun bulir air mata Satu hari nanti Saat suara yang kau sering dengar Tak pernah terngiang pada telinga dan pikirmu Hanya ada sepi Pada setiap detiknya yang kau jalani Satu hari nanti Saat pelukan kasih sayangi Yang kau rasa semasa kau bayi Tak pernah ada tuk menguatkan perasaan hati Satu hari nanti Saat nama yang ada hanya terukir pada sebuah prasasti Menandakan kenangan itu pernah hidup Menemani perjalanan yang kau hadap Waktu terus beputar setiap detiknya Berputar kedepan hingga satu detik Detik di ujung hari Pada satu tanda yang tak semua orangpun tahu

Life Is A Journey

     Kali ini gue mau sedikit bercerita tentang salah satu kata-kata yang gue jadiin pegangan, that is " life is a journe y". Cielah sosoan pake bahasa inggris segala, kwkwkkw. Tapi gatau kenapa ya sama kalimat itu maknanya beda banget, ya asik aja gitu buat dipakenya. Jadi gaiss gue persepsiinnya hidup itu sebuah perjalanan. Itu kata-kata yang menurut gue ajib banget dah. Kenapa? Pertama, kita harus sadar loh, kalo hidup itu satu petualangan yang perjalanannya itu panjang bener dah dan itu harus banget kita jalanin, mau gimanapun alur ceritanya. Kita juga gakan pernah tau sampai kapan perjalanan itu berujung, karna kita kerjaannya cuma duduk dan bikin senyaman mungkin buat naikin pilihan kendaraan hidup kita masing-masing.      Gue gatau kenapa prinsip itu nerap banget sama pikiran gue. Tapi kalo kita telisik lagi, coba deh rasain. Kita hidup itu kaya lagi naikin motor atau kendaraan apapun itu. Kita naik kendaraan itu buat sampe ke satu tujuan ka...

Di Balik Pergerakan Satu Langkah

Pada langkah yang berjalan mundur Ia mampu tertatih walau terjegal kerikil dan pasir Pada waktu yang berputar ke belakang Ia mampu mematahkan detaknya Walau waktu terhenti sejenak Satu dari sepersekian langkah yang berjalan Beberapa langkah terlihat berjalan mundur Tak peduli kaki pada kerikil yang bertaburan Langkah itu langkah yang cukup menghantarkannya Tak terlihatkan maju dari langkah yang telah berjalan ke belakang Manusia berlarian berkejar-kejaran Mencari hal yang ia mau Bagai berlomba menyantap mangsa  Dari sekumpulan singa yang mencari rusa  Batu terbilah dihantam penggeladah Yang mencari penganan untuk hidupnya Dibalik terjalnya penghasil rupiah Dari satu kalimat kata terucap Meyakinkan ribuan paragraf  Yang menyatakan makna yang diselipkan Bahkan bila itu perlu mengindahkannya Bentuk koma terkadang menjadi pelengkap Menghasilkan jeda pada intonasi yang ditaut...