Banyak yang menjadikan tahun baru
sebagai sebuah pembaharuan dan momentum “titik balik”. Wishes lists sudah tersusun rapi sedemikian rupa dengan banyak
pengharapan yang bisa dilakukan pada lembaran baru. Bagian titik awal ini
adalah sebuah momentum sakral yang sulit untuk tidak bisa tidak dipublikasikan,
dengan maksud semua orang tahu dan bisa berpartisipasi dalam perwujudan mimpi
yang dituliskan melalui doa yang minimalisnya dilafalkan sederhana, yakni cukup
lewat kata aamiin saja.
Tiap orang pada awal tahun banyak yang
menyibukkan diri untuk mencari quotes terbaiknya,
sebagai konten pembuka wishes list
tadi. Setiap orang berlomba untuk mencari kata terbaiknya, posting, dan begitu
seterusnya. Titik ini membuat kita menjadi orang yang selalu berpikir positif. Kita
berharap, meskipun kita sadar dan tidaknya melakukan hal yang kebanyakan
orangpun melakukan hal yang serupa. Tersenyum secara perlahan sampai berada
pada titik pengharapan yang sebenarnya, sebagai bentuk sadar dari perwujudan
harapan kita sendiri.
Akupun sama, selalu tersenyum sendirian
pada awal tahun dan berharap semuanya berjalan sesuai dengan garis perencanaan
kita. Waktu yang kita sediakan untuk membuka lembaran baru mungkin akan terbagi
menjadi dua hal. Pertama, petualangan baru yang luar biasa, dan kedua pada luka
yang tidak akan kita kira. Dan kita dituntut harus ‘siap’ pada apapun yang akan
terjadi nantinya.
Tahun baru adalah momentum awal untuk menyuarakan
konsep memberi. Memberikan kesempatan pada diri sendiri dan orang lain, kesempatan
untuk menerima dan memaafkan, kesempatan untuk melakukan sesuatu hal yang lebih
baik, atau kesempatan untuk mengasihi sesama, atau lainnya. Dan berhentilah
merisaukan tentang ‘bagaimana’ dan mulai hadapi apapun yang terjadi.
Karena terkadang pada pertengahan jalan
seringkali kita terjebak di suatu tempat yang kita sendiripun terkadang tidak
tahu di mana itu berada. Konsep yang sudah kita rancang di awal seketika sirna,
layaknya dihempaskan angin topan yang datang menghantam dan BOOM, hilang begitu saja. Atau saat kita
berlari dan lalu tiba-tiba terjatuh, karena kita terperangkap pada sebuah lubang.
Hingga akhirnya kita hanya bisa menangis, mengapa kita tidak berhati-hati atau melompat.
Kadang pula kita terjebak pada masalah lama yang sama. Lantas, kapan kita
biarkan semua itu berlalu?
Jalan Tuhan tidak akan pernah bisa kita
kira. Jalan terbaik yang pernah Peter Drucker simpulkan dalam kalimatnya; cara
terbaik untuk memperkirakan masa depan adalah dengan cara menciptakannya. Untuk
itu, jangan pernah mencoba memulai untuk menyerah, kita hanya perlu berusaha dan
selalu mencoba tanpa mengenal lelah. Jikalau kita harus terjatuh, berusahalah
untuk bangkit kembali dan menata semuanya kembali, serta lakukan setiap hal
yang sama dengan cara pandang yang berbeda.
Kommentare
Kommentar veröffentlichen