Direkt zum Hauptbereich

Posts

Es werden Posts vom Juli, 2018 angezeigt.

Berlari Mengejar Senja

Sampai akhirnya kaki lelah tuk pergi berlari Terhenyut penat pada urat nadi Basah kuyup dengan cucuran keringat Pada dahi yang sedikit hitam mengkerut Sampai akhirnya kaki penat tuk pergi berlari Mencari cahaya pada mentari Yang kilaunya senjanya menguning di bangku taman Pada celah rindangnya pepohonan Sampai akhirnya kaki terasa kaku tuk pergi berlari Hanya helaian nafas yang menderu Detak jantung yang tak beraturan Membujur pada diam yang membisu

Eine Zeit

Eine Zeit, in der Natur zu sein. Eine Zeit, in der Ruhe zu bleiben. Eine Zeit, was kompliziertes zu l ö schen. Eine Zeit, was besonderes zu machen. Eine Zeit, das Leben momentan zu genie ß en. Eine Zeit, die wir damals hatten. Eine Zeit, die wir einander verbringen. Eine Zeit, die wir immer zusammen sind. Eine Zeit, die leider nie zurück kann.

Acak

Detak bunyi jarum jam pada dinding kuning Beriring dengan semilir angin malam Yang berbalapan masuk melalui ventilasi kecil kamar lantai tiga Hari ini bulan bersinar pada purnama Tampak menerangi Gelapnya atap rumah merah Yang terselimuti rindangnya dedaunan pohon nangka Sejenak pikirku tertegun menuju buah nangka muda di ujung pohon Nantinya ia kan matang dan jatuh Dengan aroma khasnya itu Lantas lamaku menunggu mungkin akan jatuh pula Pada dentingan waktu yang tak tau kapan dan dimana Bunga itu mekar bukan karna matahari yang setiap hari selalu datang Bunga itu indah pada waktu lama yang telah ditunggu Percaya anganku bukan pada menunggu Namun pada waktu Yang selalu memberikan makna pada menit yang dinantikannya itu Sama halnya dengan nangka tadi Ia yang selalu ditunggu begitu masak Selepas kau santap baru terasa nikmatnya manis

Untuk Mereka Agar Bersyukur

Lupakah kita untuk bersyukur Pada umpatan dari hati yang terus melambung Tanpa memaknai apa yang terjadi Hanya ada kata dari hati Yang terus merisaukan pikir Lupakah kita untuk bersyukur Sementara mereka di luar sana masi mengais pintu rezeki Mengetuk hati setiap insan untuk sekadar memberi Lupakah kita untuk bersyukur Sementara masih banyak yang tak tahu jalan hidupnya Terdekap dalam garis kemiskinan Yang ada dipikirnya mungkin hanya nasi Bagaimana kabar nasi hari ini, nanti sore Nanti malam atau esok Mereka takan pernah tahu kabar pastinya Lupakah kita untuk bersyukur Dalam helaian setiap nafas yang kita tarik Dalam detakan jantung yang berdegup kencang Dalam setiap tetesan keringat yang mengucur membahasi tubuh Lupakah kita bersyukur ? Yang ada hanya Kita lebih senang berteman dengan kufur   *Untuk mereka yang bekerja keras membanting tulang, agar bisa merasakan ramahnya dunia*...

Dengarlah, hanya itu yang sederhana

Sederhana saja ku hanya seorang penikmat diksi pada bait bait kata yang terkonotasi dengan bahasa yang terlarikkan pada satu intuisi yang berbunyi kata rindu pada setiap guratan baitnya mau kau dengarkan ini? Tak maupun tak apa Aku tak memaksa Hanya saja intuisi ini bernotasi kencang Selalu berujung dengan satu irama Walau tanpa satu kata yang kau bisa anggap nyata

Cerita Yang Berperan

Pada beberapa cerita, seorang tokoh bermain peran Tampak ia tersipu malu dengan perannya Yang dirasa ia sulit untuk memainkannya Malu memang katanya Hanya ada rasa kaku yang menyelimuti pikirnya Ucapnya terdengar terbata-bata Bahkan untuk sedikit melafalkan abjad saja Ia harus mandi dengan keringat di dahinya Bekerja dan berusaha menghayati perannya Akhirnya iapun berusaha Memaknai kata yang keluar dengan sendirinya Merasakan maknanya alur cerita yang berbeda Meresapi rasa yang mengulang pada harinya Dan .. Hanya ada satu rasa sama yang selalu terbawa Yang kadang tak bisa diartikan oleh logika Silahkan bermakna Dan .. Silahkan hidup dengan bercerita Cerita yang kadang banyak yang tidak kita suka Pada cerita sendiri yang kita mainkan sendiri peran itu

Fotografi

Sedikit mau cerita tentang fotografi, hobi yang uda gue suka dari zaman SMA. Nahhh, waktu itu gue sempet bikin bisnis dari situ fotografi outdoor gitulah pokonya sampe rasanya manis asam dari dunia fotografi yang sempet vakuum di hidup gue lumayan variatiflah pokonya. Tapi asik banget loh sama fotografi itu kita bisa ekspresiin apa yang kita rasa atau apa yang kita suka lewat satu momen yang terangkap di satu lensa. Sekarang-sekarang gue lebih suka moto itu sebagai sarana ekspresi aja, banyak juga sebenernya yang minta buat motoin, buat prewed-lah atau hunting   outdoor gitu. Cuma gatau kenapa males aja, lagi gamau ada  challenge  aja. Mungkin so nyibukin diri sama kegiatan sekarang hahaha.  Excuse sih! Daannn, foto-foto yang gue ambil itu cuma hal-hal sekitar dan atau kegiatan sehari-hari aja simpel gamau ribet. Karna yang gue pake lensa tele makro jadi lebih asik aja buat ambil foto bokeh atau dengan konsep " rule of third " nya itu. Jadi ...

Bayangan Semu

Bertumpu dalam bayang Mengumpulkan rasa pada imaji Membiarkan logika pergi dengan sendirinya Hanya ada rasa yang berbayang Titik putih pada hitamnya kanvas Yang berlari memendam rasa Pada lukisan imaji Kau yang berbayang Dalam hitamnya ia hilang Menjauh Dan . . . Terpenggal sunyi Hanya satu bayang Semu dan . . . Hampa