Direkt zum Hauptbereich

Posts

Es werden Posts vom 2023 angezeigt.

Tentang Kini

  Lama ku tak bersama sore Menikmati waktunya yang sekejap Mengalunkan senandung lagu Bercerita tentang kini Tentang kini Rasa yang perlahan memudarkan tanya Dari aku yang telah memulai untuk Kembali lagi membuka rasa Meskipun ketidaktahuan Membersamai apa-apa yang telah menjadi kini Menapaki hari esok selanjutnya Dengan pengharapan Aku tak tahu jika nanti Patah tumbuh kan hilang berganti Membedakan hari-hari  Dengan rasa yang tak lagi menjadi kini Yang aku tahu Hanya ada rasa saat ini Telah berhenti tuk berpatri Dan sedang ku nikmati

Cerita Tanda dan Tanya

  Lagi dan kini, kembaliku ingin mengungkap tanya Tuk kesekian kali sejak terakhir ku mengajukannya Mengapa hidup ini selalu dipenuhi tanya dan tandanya Atau mungkin aku terlalu bodoh memahaminya Lantas kini aku berada dalam lingkaran ketidakpahaman Saat pikir ini dipenuhi mengapa dan mengapa Semesta seakan menarik semua ke dalam ruang hitam Yang tanpa seorangpun menjumpai jawaban diujungnya Berdiri dengan perasaan yang tak menentu Seolah bagian dari pembiasaan dalam frasa rutinitas Apakah itu sebuah ketidakadilan yang terbungkus majas hiperbola? Pembiasaan itu cukup lantang menegaskan tidak Kau mungkin sering mendengar kalimat ini: "Kamu hanya kurang bersyukur saja" Namun, akal ini tak melihatnya dengan logika Terlalu mudah jika ku sebut "tak bersyukur" itu Jika memang hakikat hidup tentang perjalanan Sudah tentu Tuhan memberi bagian ini ke dalam sebuah masa Waktu yang perlu kau habiskan dengan renungan Pikiranmu mungkin lelah, tapi tak berarti kau payah Irama musi...

Tentang Dua Orang Yang Merindu

Langit ditatapnya semu Pada garis yang terbentang luas Tak pernah bertemu tepi Tampak dua manusia tengah merindu Angin silih bergantian datang berkunjung Berharap ia memberikan kesenangan Atau hanya mengantarkan salam dengan senyum Bukan tentang nyanyian sendu tentang merindu Jika manusia tengah merindu Seringkali hasrat tak pernah terkira Namun mereka cukup menyadarinya Rasa malu terlalu lebih besar dibanding renjana Diam itu sesuatu yang disesalkan Berdiri dengan hanya membisu Menengok angan-angan yang tidak berada dalam realita Tersenyum saja mereka dalam ruang fantasi Yang satu tengah berharap Pun satu lainnya merasa hal yang sama Hanya saja semua terbelit dalam sebuah dialektika Yang tak pernah pernah habisnya

Surat Untuk Tuhan

  Hi, Tuhan Maafkan jika ku lancang Aku hanya ingin menuliskan sepatah kata padaMu Demi NamaMu yang Maha Suci Tuhan, Tanpa pernah sekalipun aku meragukan kuasaMu atas apa yang kau kehendaki di bumi ini Hanya saja, bolehkah aku bertanya tentang hidup ini? Aku tak menemukan jawabannya Sampai saat ini Meskipun lembaran halaman buku kubaca Dan setiap detiknya aku maknai dengan hembusan yang kupikirkan tentang apa hidup ini? Tuhan, Aku tahu, aku hanyalah manusia biasa saja Aku kau ciptakan dari tanah, namun diriku terlalu banyak api menggulung semuanya dalam nafsu Sehingga hariku hanya penuh dosa Tuhan, Kau pemilik hidup dan mati Semua hanya sebuah misteri bagi kami Namun tidak untukMu Tanyaku sederhana Mengapa tentang dua kata itu? Apa yang ingin Kau selipkan pada roda ceritaku? Sesampai aku berpikir menanyaiMu

Suatu Sore Di Tengah Hujan

  Merenung, menatap jendela dibalik derasnya air hujan Aku berselimut dengan iringan lagu dan pertanyaan Riuh di kepala, tampak lebih riuh dari bunyi nyanyian alam Aku dalam kesendirian Namun, tengah ramai dengan segala rupa perasaan Udara perlahan sendu Terik asap mengepul berdebu Lalu-lalang kendaraan Langin sekejap menjadi kelabu Tampak ramah di pagi hari Tak begitu saat siang Kembali pada pertanyaan Yang justru aku utarakan Saat merangkak berjalan tanpa satupun tujuan Tampak jengah aku meratapi diri Menyadari kenyataan yang tak semestinya Aku berdiri dalam garis lurus Kebingungan Aku lelah Bukan karena apa-apa tak menjadi apa-apa Bisaku hanya menghitung waktu Yang selalu kulakukan sembari aku tak melakukan apa-apa Pada suatu sore di tengah hujan

Renungan Dalam Kereta

  Kala itu dalam kereta Perjalanan yang membawaku menjauh Menghilang sejenak dari keremaian Hingar bingar ibu kota Riuh dan hujan Kudapati basahnya jendela Hijau tanah terhampar luas melintas Berlalu meninggalkan gedung-gedung Menghela napas Perlahan kutarik panjang lalu kulepas Sembari mendengarkan lagu yang teputar Mencoba menikmati menjadi diri Dan tenggelam ke dalam cerita buku baru yang kubawa Lalu aku bertanya tentang sebuah rahasia Pertanyaan yang kudapati jawabannya Melewati perdebatan panjang bersama diri ini Teman setia yang tak pernah enggan mengalah Yang kadang memberiku waktu Tersadar aku karena waktu Mengerti adalah sesuatu yang lama kupahami Kudapati kesederhanaan dan kerumitan  Selalu mereka yang ku temui Mencoba membawaku ke dalam permainan kehidupan

Puisi Laut

Kadang aku tersadar Dunia tak hanya tentang manusia saja Semilir angin laut menghantar pagi Menyanyikan lagu dari bumi Ombak mendayu dayu Memberikan rasa yang tak pernah padam Terbentang samudera nan jauh disana Lukisan Tuhan banyak yang mungkin tak ku kira

Cinta Rumit

  Cinta bagiku kini seakan rumit Ia bukan hanya saja tentang rasa Melainkan kata yang tersusun Merangkai menjadi satu dengan kerumitannya Mungkin aku telah usai berkompromi dengan cinta itu sendiri Menghadirkan rasa ke dalam karsa Mengulang romatika bersama de-ja-vu Mengulang kembali cerita walau dengan manusia yang berbeda Apakah dapat kataku ini putus asa Sebab selalu menjumpai kegagalan pada cinta Memang ku merindukan cinta Ia yang menghangatkan pagiku dengan asa Setiap kali aku menghela napas panjang Bagiku kini, cinta adalah rangkaian Perjalanan yang datang tanpa perlu ia meminta Tak pula ia memaksa Biarkan saja ia hadir menyapa JIka memang ia adalah cinta Ia takkan pernah menjadi rumit

Yakinkan Saja

  Yakinkan saja Bila itu yang kau sebut dejavu Berikanlah titik di akhir paragrafmu Selesaikan tanda bacanya Jangan kau berikan koma Mulailah satu kata pada kalimat baru Yakinkan saja Kelak ketika kau tak mampu berdiri Berpijak pada tumpuan kakimu Menopang beratnya tindih Tak mampu membawa beban tuk berlari Menghindar dari luka lama Perlahan saja Yakinkan saja Saat sore di tengah guyuran hujan Pelangi kan menyambut malam Meski tampak gelap kan lebih cepat datang Mungkin saja malam kan hangat menyambutmu Dengan senyumnya melalui bulan yang terang Namun jika kau tak yakin Biarkan saja pikir itu bersamamu Semua kan mengerti dan mewajarimu Bisa saja akupun tak yakin

Kau Jakarta

  Kau Jakarta Ramai memberi riuh Lalu lalang manusia dan polusi Rintang terbentang Memberi ruang distraksi Kau Jakarta Menyisihkan kotor Menghidupi perut kelaparan Berebut mereka demi sesuap nasi Tak peduli dengan apa itu suci Kau Jakarta Birumu pergi Hijaumu sulit didapati Kau hanya hitam Membumbung legam di udara Kau Jakarta Inginku merindu Tanpa sebab Tanpa kata Hanya tentang rasa Aku jatuh cinta, Jakarta

Sore Syahdu

Kala itu di penghujung hari Hujan semarak ramai Membasahi sore bulan Januari Membawa sedikit hangat berbalut kosakata resolusi Angin tampak hilir mudik mendayu-dayu Pepohonan nan daunnya seolah menikmati itu Bersama iringan burung-burung menyanyi Berkicau dalam alunan musikalisasi Matahari yang tiba di petang Tersenyum, walau tampak kan meredup Tak tampak awan hitam setitikpun Berkerumun dan menutupi sinarnya Sore syahdu, begitu orang menyebutnya Waktu yang lengkap bagi remaja bergenre indie Secangkir kopi atau hanya sekedar teh saja Sembari menuliskan kata-kata menjadi bait puisi