Direkt zum Hauptbereich

Posts

Es werden Posts vom April, 2020 angezeigt.

Lima Puluh Empat

Ada kalanya malam bersemi Tak satupun cahaya bintang ditemui diantara waktu manusia terlelap dan membelah sunyi Hanya hitam pekat yang kudapat Tampak tak ada tanda tanda pun darinya Suara dan kata yang melebur pada dentingan waktu Menyembunyikan seribu bahasa yang tampak nyata Namun bergaris semu Lalu aku mendapati pikir yang lalu lalang Berputar di atas kepala ini tanpa berbayang atau bersuara Hanya ada suara yang tak bermuara Perlahan yang tenggelam pada malam malam yang kian terlewati Aku sempat menuliskan sesuatu yang aku sebut guratan yang tertatan pada helaian kata yang kudapati tadi Entah apapun yang orang simpulkan Dan yang aku bingungkan manakala satu simpul yang tumpul dan berada pada alasnya Aku selesai Dan kau dapat temukan aku di halaman lima puluh empat Hendak pabila kau menyempatkan membaca buku bersampul coklat muda yang ku sempat selipkan pada tasmu

Cerita Tentang Hujan dan Manusia

Lalu hujanpun datang Menyelinap melewati celah jendela dan ventilasi udara Menyapa apa kabar kamu Pada setiap sore dengan dinginnya yang membujur kaku Bersama gemetar pada setiap hembusan nafas yang melampaui jauh punggungmu Cerita tentang hujan Adalah satu rangka cerita yang kadang mungkin tercela Ada manusia yang tunggang langgang Tatkala ia datang menyapa di waktu kerjanya Seolah enggan bertegur sapa melihat rupanya yang tak berwarna Ada manusia sejumlah yang menggerutu Hadirnya yang kadang tak disangka Meruntuhkan sejumlah rencana Karna mereka tak mau peluh dan basah di akhir cerita Cerita tentang hujan Akan mungkin berujung pada segurat garis pena Bagi sebagian manusia dengan pikir dan logikanya Apa yang kau temui kala hujan menyapa Adapula yang kadang merasa Hadirnya membawakan semacam aroma Yang tak dapat dihirup untuk sebagian kecil lainnya Cerita tentang hujan Bukan hanya sebatas langit membasahi bumi Dengan ribua...

Belum Selesai

Ada yang tertanam dekat pada uraian makna yang jauh Ada makna jauh yang jauh terbenam bersama kata Ada kata yang terpenggal dan disebutnya rindu Ada rindu yang hanya mengapung Mengeras, menguap sampai ia terurai oleh hujan Manusia berlarian mencari jawaban yang sepadan Seakan garis hidupnya tergerus bersama arus filosofis Dan kata, ia yang akan selalu menghidupi Meski rangkanya tak pernah sama dan berjalan dinamis Setiap kali, manusia selalu menyebut dirinya lebih keras Jika dibandingkan hal lainnya Meski pada kesempatan lainnya Hanya merunduk tanpa kata Tertegun dan menelan rasa yang telah pait ditelannya Sisakan jiwa pada sesaknya kota Sejauh kesempatan mentari bertransformasi Menjadi kilauan cahaya yang berbeda Yang acapkali kita puja dan dikenang dalam senja