Direkt zum Hauptbereich

Posts

Es werden Posts vom März, 2020 angezeigt.

Berkontemplasi

Termenung menyendiri Pada satu bayang yang ditelusuri garis dan simponi dalam raut yang pekat Diam dan berdiri Sampai pada satu imaji yang selalu kembali pada putaran waktu yang berbeda Aku yang tertidur pada siang Yang terlelap tanpa bayang Lalu hujan datang menyapa Dihiraukannya angin yang tlah lama berlalu mengetuk pintu Hujan membawa ia pergi dari pikirnya Carut dan kalut berada dalam satu posisi Lantas sedikit menyisakan pikir Pabila siang hujan datang beriringan Aku yang tertegun Tersisa bingung yang terbawa dari tidur Berusaha pergi setelah lama menyelami waktu Yang masuk jauh ke dalam Hingga kembali tanpa apa apa

Tentang Senja

Kadang senja adalah tempat berkontempolasi Yang acapkali dirundung sendu Bagi para sebagian manusia Yang ingin menghilang dalam pikirnya Senja kadang penuh dengan sesak bersama terik ia berbayang pada putaran yang mengulang dan menghilang dan senja kadang beranjak sepi bersama secangkir kopi kala manusia menyendiri dan tengah berkecil dari sebagian hati Senja yang kadang tak ayal berubah menjadi kelabu Diratapinya langit abu dan berlinang rintikan hujan Yang turut berduka Menggenang rasa yang berwarna Senja kadang tak tahu Apa rasa yang kau rasa Dan adakah jiwa membayang Sebut saja kau barisan rindu menyeka diantara raut tatap yang lama tak ditemui senja Dan tenggelam ia bersama langit malam

Tak Kutemukan Kau

Jalanku bukan pada riwayat pencarianmu Setelah kembali memutar pikir dan rangkanya Menapaki setelahnya puluhan jalur baru yang tak diketahui tujuannya Kataku tidak kutemukan pada semua kalimatmu Setelah kubaca berulang dan menuntaskannya Tuk kesekian kali Tak terselipkan satu diksipun atas nama serupa Dari nama yang slalu kucari Pikirku selalu kembali Terbawa pada satu imaji Dari arah yang kutemukan dan kucari dalam setiap catatan yang kutuliskan pada secarik kertas saja Hanya memang mungkin sudah terlalu banyak guratan yang berulang Sampai kini aku tak berujung kembali pada pangkal cerita Aku hanyalah aku Yang tak bisa memaksa alur menjadi terkendali Lantas biarkan alam bergerak semestinya berjalan pada putaran rodanya Seperti cerita hujan yang semakin deras Saat kau tak keluhkan Rintiknya terdengar merdu bukan

Kau adalah cerita di minggu lalu

Kau adalah pagi Bersamamu perlahan mendung datang Mengajak angin hilir mudik Menyapa rindangnya daun dan menyapunya Kau adalah hujan Rintiknya datang seolah mewakili sendu Hingga mengikis ribuan tangis yang mengukir Kau adalah waktu Mengukir dan menghempaskan rasa yang hilang Riang, sendu dan semua yang berjalan Kini aku dan malam yang tahu Cerita selepas hujan Saat langit sore tenggelam berganti malam Tidak ada sepenggal katapun yang menyapa Kau adalah cerita di minggu lalu