Direkt zum Hauptbereich

Posts

Es werden Posts vom Februar, 2020 angezeigt.

Hi, Jakarta

Aku masih harus bertanya Disematkannya kata yang diakhiri dengan salah satu tanda baca Yang mengkonotasikan nada tinggi dengan ujung tanda tanya Atau memang aku punya banyak pertanyaan Hi udara, hi kota, hi manusia Tak mungkin logika mengalahkan rasa yang berbayang Mereka hanya semu dengan tiap tiap nama besarnya Lalu bagaimana dengan tanya?  Berkecap, berdecak tanpa irama Aku melayang di udara Sampai ragu melambung dengan sendirinya Membawa irama tertelan ramahnya ibu kota Hi Jakarta, aku  kembali Tidak tuk mengulang cerita yang pernah kau antarkan seperti sebelumnya Walau selalu tertumpuk ada yang pincang bersama bayang Kini semuanya kembali dengan tanya Bersama hujan dan novel yang kubaca Kurangkaikan kata demi kata Lalu aku mengulang tanya Mencari yang pernah kusebutkan perjalanan rasa Secangkir teh panas perlahan menelan kata Mengalahkan setiap ribuan rintiknya hujan yang membawa ...

Suara

Angin berhelaian Datang dari aksa dan menyapa Logika terpecahkan warna Bersama basahnya daratan dirundung kata Soreku itu hujan Yang datang membasuh tanah kering Rintiknya lembut dan menggulung havana Bersamanya menemui cerita  mengudara Dan lagi bersua dengan malam Berdenting jarum jam berputar pada muara Mememecah hening dibalik riuhnya udara Dan kemilau cahaya lampu kota Apa lagi yang kau dengar? Lalu apalagi yang kau rasa? Pada pergantian yang selalu berubah ubah Kadang sama dan tidak pada porosnya

Dan Kini Dan Masih

Masih bersama angan Menantikan sesuatu  yang lebih indah dari harapan Rintik hujan datang perlahan Beraharap datangnya membawa ragu menjauh berlawanan Bukan iri atau dengki yang menggundahkan Hanya saja setiap yang datang Selalu bernafaskan hembusan yang sama Berdetak melampaui irama yang semestinya ditentukan Apa kabar rindu? Masihkah menajdi dingin yang menyelinap pada setiap pintu dan jendela kamar Serta berbisik Bahwa kau angin malam Yang datang mengentuk Membawa dingin dan sunyi Kini kau adalah kaku Tak tertunduk Dan tak menoleh Berharap satu tangan menepuk pundak Menyapa diantara jemari yang hangat dan raut senyum dari bibir merah kecil itu